Selasa, 28 Oktober 2014

BARONG IDER BUMI


Description: LOGO_Warna
 





TRADISI BARONG IDER BUMI DESA KEMIREN BANYUWANGI


LAPORAN PENELITIAN
Tugas ini untuk menyelesaikan Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Sejarah Lokal
Semester Dua



Oleh
Meinda Ratih Siwi Hapsari
NIM 130210302055


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014






















































BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan
Kebudayaan merupakan segala ciptaan manusia yang sesungguhnya hanyalah hasil usahanya untuk mengubah dan memberi bentuk serta susunan baru kepada pemberian Tuhan sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rokhaninya. Maka pada hakekatnya kebudayaan itu mempunyai dua segi, bagian yang tak dapat dilepaskan hubungannya satu sama lain, yaitu Segi Kebendaan yang meliputi segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya. Hasil – hasil ini dapat diraba. Serta Segi Kerokhanian yang terdiri atas alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun teratur. Keduanya tak dapat diraba, hanya penjelmaannya saja dapat difahami dari keagamaan, kesenian, kemasyarakatan dan sebagainya.
Jika ada kebudayaan tentunya ada manusia sebagai pendukung dari kebudayaan tersebut. Maka masyarakat sebagai pendukung sekaligus pemilik kebudayaan tersebut dapat menjadikan budaya dari daerahnya sebagai ciri khas dari tempat tersebut. Dengan dijadikannya kebudayaan sebagai identitas dari suatu daerah tertentu, maka khalayak umum akan mengenal itu sebagai corak budaya setempat. Apapun budaya yang dimiliki oleh suatu daerah karena itu merupakan suatu ciptaan manusia setempat yang sudah sepatutnya dijadikan daya tarik tersendiri.
Di kawasan Desa Kemiren Banyuwangi terdapat sebuah kebudayaan asli masyarakat setempat yang unik, yaitu Barong Ider Bumi. Barong Ider Bumi  ini merupakan ritual upacara bersih desa di hari ke – 2 setelah lebaran yang dilakukan oleh masyarakat suku osing di desa Kemiren. Dilihat dari asal usul terciptanya atau terbentuknya tradisi Barong Ider Bumi ini, makna yang terkandung dalam kebudayaanya bisa di apresiasi oleh para penikmat budaya
Bedasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai Tradisi Barong Ider Bumi ini, yang dirumuskan dengan kalimat judul yaitu Tradisi Barong Ider Bumi Desa Kemiren Banyuwangi”.


1.2 Penegasan Pengertian Judul
Penegasan judul dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya persepsi yang berbeda dalam memahami judul penelitian ini, oleh karena itu peneliti perlu menegaskan pengertian judul Tradisi Barong Ider Bumi Desa Kemiren Banyuwangi.
Barong Ider Bumi merupakan ritual upacara bersih desa di hari ke – 2 setelah lebaran yang dilakukan oleh masyarakat suku osing di desa tersebut. Acara ini merupakan agenda tahunan yang rutin di gelar dengan swadaya masyarakat. Ritual Barong Ider Bumi tersebut, barong wajib diarak keliling desa dengan diiringi nyanyian macapat (tembang Jawa) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk menghindari penyimpangan uraian dari permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti. Oleh karena itu peneliti memberi batasan pembahasan yang akan penulis sajikan, yaitu meliputi lingkup temporal, spasial, dan materi.
Lingkup temporal dalam materi ini ialah dari tahun 1940 hingga sekarang. Tahun 1940 dijadikan sebagai awal lakukannya tradisi Barong Ider Bumi ini . Sedangkan tahun 2014 dijadikan batasan akhir dengan merujuk pada pertimbangan bahwasanya penelitian yang akan dilakukan peneliti dilaksanakan pada tahun 2014.
Sedangkan lingkup spasial atau tempat yang dikaji dalam penelitian ini ialah di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Pengambilan lingkup spasial ini di latar belakangi karena Desa Kemiren ini merupakan tempat berkembangnya Tradisi Barong Ider Bumi yang di rintis oleh salah seorang tetua adat Desa Kemiren yang bernama Mbah Buyut.
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini menitikberatkan pada asal usul terciptanyaTradisi Barong Ider Bumi, Pencetus awal Tradisi Barong Ider Bumi di Desa Kemiren, Banyuwangi, Makna simbolik dari Tradisi Barong Ider Bumi, dan Keuntungan – keuntungan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dari adanya Tradisi Barong Ider Bumi ini.

1.4 Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang dan ruang lingkup seperti yang tersaji diatas, maka yang akan dikaji di dalam laporan ini, diantaranya sebagai berikut:
1.        Apakah pengertian dari Barong Ider Bumi?
2.        Bagaimanakah asal mula di gelarnya  Tradisi Barong Ider Bumi?
3.        Bagaimana pelaksanaan Tradisi Barong Ider Bumi?
4.        Apa keistimewaan dari Tradisi Barong Ider Bumi?

1.5 Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penulisan laporan ini ialah:
1.        Mengetahui pengertian dari Tradisi Barong Ider Bumi.
2.        Mengetahui asal mula di gelarnya Tradisi Barong Ider Bumi.
3.        Mengerti pelaksanaan Tradisi barong Ider Bumi.
4.        Mengetahui keistimewaan dari Tradisi Barong Ider Bumi.

1.6 Manfaat Penelitian
Laporan ini diharapkan dapat berguna dan memberi manfaat sebagai berikut:
1.        Bagi penulis, memberi pengalaman serta mengasah kemampuan dalam menulis karya tulis ilmiah.
2.        Bagi mahasiswa, dapat dijadikan bahan penambah pengetahuan mengenai Tradisi Barong Ider Bumi yang ada di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi sebagai salah satu contoh pengkajian Sejarah Lokal.
3.        Bagi pembaca, dapat dijadikan salah satu destinasi budaya yang bisa berfungsi sebagai hiburan rakyat.
4.        Bagi pemerintah Kabupaten Banyuwangi, dapat dijadikan salah satu Tradisi yang bisa mengangkat Tradisi Barong Ider Bumi ini di lingkup Nasional ataupun Internasional.





























BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab 2 berisi tinjauan pustaka yang berisi teori dan sekilas tentang Tradisi Barong Ider Bumi Desa Kemiren Banyuwangi
2.1 Tradisi
Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini tradisi
Secara turun temurun masyarakat itu berlangsung terus oleh karena senantiasa timbulnya anggota – anggota baru yang dilahirkan di dalam masyarakat itu, kemudian dilatih, diajar dan dididik untuk menjadi anggota masyarakat itu juga dan sebagai penerus bangsa. Seperti peribahasa patah tumbuh, hilang berganti, dan selama pergantian itu masih berlangsung, selama masyarakat masih tetap ada sebagai pendukungnya, selama itu pula tradisi pun terus berlangsung. Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu dimasa sekarang ketimbang sekedar menunjukkan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu.
Menurut Hasan Hanafi (dalam buku Moh Nur Hakim, 2003:29) mendefinisikan bahwa tradisi adalah segala warisan masa lampau yang saat pada kita dan masuk ke dalam kebudayaan yang skarang terjadi. Berarti lagi bahwa pandangan Hanafi bahwa turats itu tidak hanya peninggalan sejarah, tetapi juga sekaligus merupakan persoalan zaman sekarang dengan berbagai tingkatannya.
Jadi perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat juga akan menimbulkan kebudayaan berubah. Pada desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi yang secara geografis terletak di daerah Banyuwangi bagian Timur yang identik dengan suku Using.

2.2 Kecamatan Glagah
           
Kecamatan Glagah terdiri dari :

Daftar Desa di Kecamatan Glagah
No.
Desa
Kode pos
Kecamatan
Kabupaten
Provinsi
1
Desa Glagah
68454
Glagah
Banyuwangi
Jawa Timur
2
Desa Kampung Anyar
68454
Glagah
Banyuwangi
Jawa Timur
3
Desa Kemiren
68454
Glagah
Banyuwangi
Jawa Timur
4
Desa Kenjo
68454
Glagah
Banyuwangi
Jawa Timur
5
Desa Olehsari
68454
Glagah
Banyuwangi
Jawa Timur
6
Desa Paspan
68454
Glagah
Banyuwangi
Jawa Timur
7
Desa Rejosari
68454
Glagah
Banyuwangi
Jawa Timur
8
Desa Tamansuruh
68454
Glagah
Banyuwangi
Jawa Timur
Total desa di Kecamatan Glagah= 8
           
No.
Kelurahan
Kecamatan
Kabupaten
Provinsi
1
Kelurahan Bakungan
Glagah
Banyuwangi
Jawa Timur
2
Kelurahan Banjarsari
Glagah
Banyuwangi
Jawa Timur

Desa Kemiren adalah salah satu dari 8 Desa dan 2 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Desa kemiren terletak di daerah Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Bnayuwangi, Kecamatan Glagah. Secara geografis,daerah ini merupakan daerah dataran rendah, dengan luas desa 177.052 Ha, suhu rata-rata antara 22-26 C. Desa Kemiren dibatasi dengan sebelah utara desa Jambesari, sebelah selatan desa Olehsari, sebelah barat desa Tamansuruh dan sebelah timur kelurahan Banjarsari


2.3 Tradisi Barong Ider Bumi
            Tradisi barong ider bumi digelar setiap tahun sekali pada hari kedua bulan syawal dan sudah dilakukan turun temurun oleh warga desa Kemiren.
Di Banyuwangi, Jawa Timur,ada Ritual Upacara adat yang bernama barong Ider Bumi, yang dilangsungkan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Barong Ider Bumi merupakan ritual upacara bersih desa di hari ke – 2 setelah lebaran yang dilakukan oleh masyarakat suku osing di desa tersebut. Acara ini merupakan agenda tahunan yang rutin di gelar dengan swadaya masyarakat.
Dalam ritual Barong Ider Bumi tersebut, barong wajib diarak keliling desa dengan diiringi nyanyian macapat (tembang Jawa) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan. Kata ider bumi merupakan penggabungan dari dua kata yaitu ider dan bumi. Ider berarti berkeliling kemana-mana, dan bumi artinya jagat atau tempat berpijak. Dari arti kedua kata tersebut dapat dimengerti bahwa Ider Bumi dimaksudkan adalah kegiatan mengeliling tempat berpijak atau bumi. Jadi, sesuai dengan namanya, inti dari ritual Barong Ider Bumi adalah mengarak barong memutari desa.
Sebelum Barong diarak keliling desa, para sesepuh memainkan angklung di balai desa untuk memulai ritual. Setelah itu, orang-orang mulai berbaris mengarak barong, sambil menabur beras kuning bercampur uang receh di sepanjang perjalanan. 
Barong diarak dari pintu masuk desa sampai pintu keluar desa sepanjang kurang lebih 3 kilometer, dan kemudian arak-arakan pun berakhir. Ibu-ibu menyiapkan tumpeng dan pecel pitik (pecel ayam) untuk selamatan yang digelar di sepanjang jalan desa.
            Petunjuk itu didapatkan dari Buyut Cili, yang makamnya sampai saat ini masih dijaga dan dirawat warga. Petunjuk itupun dilakukan dan pagebluk menghilang dari Desa Kemiren. Sebab itu, tradisi Barong Ider Bumi dilestarikan oleh masyarakat Kemiren."Hingga kini Barong Ider Bumi tetap kami lestarikan. Selain sebagai tolak bala juga menjalin kebersamaan antar warga. Terlebih di hari raya Idul Fitri," pungkasnya. (SOJ)
Asal mula digelarnya Tradisi Barong Ider Bumi ini bermula dari dari wabah penyakit yang melanda kawasan Desa Kemiren dimasa lampau. Wabah penyakit yang disebut pagebluk itu semacam penyakit misterius yang mematikan. Dan merenggut banyak korban jiwa. Celakanya, tidak ada obat yang mampu menahannya. Kejadian itu terjadi pada tahun 1840-an. Selain menyerang manusia, pagebluk juga menyerang tanaman pertanian. Sehingga gagal panen pun terjadi di Desa Kemiren. Hingga akhirnya, seorang sesepuh desa mendapatkan wangsit agar mengarak barong keliling desa.
Keistimewaan dari Tradisi Barong Ider Bumi, Sesuai dengan namanya, yakni Barong Ider Bumi, inti dari ritual ini adalah mengarak barong memutari desa. Sebelum arak-arakan dimulai, biasanya akan diawali dengan pertunjukan tari-tarian di halaman balai desa. Setelah itu, diiringi dengan permainan angklung para sesepuh desa, rombongan arak-arakan pun mulai berjalan mengitari kampung. Baris depan arak-arakan tentu saja orang yang menggunakan topeng barong. Lalu disusul dengan dua orang nenek membawa kendi dan lima orang nenek yang menggendong guci yang disebut lukiran. Tiap-tiap lukiran berisikan uang logam pecahan Rp100 berjumlah Rp99.900. Kemudian ada rombongan lelaki dewasa yang menghambur-hamburkan beras berwarna kuning “sembur uthik-uthik”, bunga sembilan warna, dan uang logam yang diambil dari lukiran. Anak-anak pun berebutan memungut koin.
Jalannya prosesi Barong Ider Bumi penuh dengan simbol-simbol dan makna. Uang receh yang jatuh berdenting dipercayai bisa mengusir lelembut yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan jumlah pelengkap upacara (uang dan kembang) yang ganjil dikaitkan dengan kepercayaan dalam agama Islam yang dalam salah satu hadist nabi menyebutkan bahwa Allah menyukai jumlah yang ganjil. Selain itu, penetapan tanggal 2 Syawal pukul 14.00 WIB sebagai waktu dilaksanakannya ritual melambangkan ciptaan Tuhan yang selalu berpasangan. Misalnya Tuhan menciptakan pria dan wanita, siang dan malam, baik dan buruk. Jika ketetapan-ketetapan itu dilanggar, biasanya sesuatu yang buruk bakal terjadi.  
Start arak-arakan ini dimulai dari batas desa sebelah timur dengan rute melewati jalan desa hingga batas desa sebelah barat, kemudian kembali lagi ke timur. Pada masing-masing batas desa didirikan anjang-anjang yang tinggi dan ditempati oleh para penabuh gamelan. Barong yang diarak terdiri dari empat jenis barong. Keempat jenis barong tersebut adalah barong tua, barong remaja, barong anak-anak, dan barongsai. Diikutkannya barongsai dalam acara tersebut karena Desa Kemiren tidak hanya didiami oleh masyarakat Using, melainkan juga etnik Tionghoa.
Setelah barong selesai diarak, semua warga akan berkumpul di sepanjang jalan desa. Yang pria menata tikar dan lembar-lembar daun pisang, sedangkan para wanita menyiapkan tumpeng, pecel pitik, dan kue-kue tradisional. jika semua sudah tertata, Kyai akan memimpin doa guna memohon kesehatan, kesejahteraan, dan kesuburan bagi Desa Kemiren. Kemudian, nasi tumpeng beserta pecel pitik tersebut dibagikan kepada seluruh warga dan tamu-tamu yang berdatangan. Semua warga baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan akan makan bersama di tempat tersebut.
Description: http://2.bp.blogspot.com/-uSEB2LXVM_8/UDNP45QIWNI/AAAAAAAABBs/KwZSpvPFETE/s320/Barong_Ider_Bumi2.jpgDescription: http://sunriseofjava.com/foto_berita/7barong.jpg


2.4 Teori dan Pendekatan
Penelitian ini menggunakan teori fungsionalisme. Warisan budaya akan bertahan lama jika dilestarikan karena terdapat fungsi yang dikandung oleh unsur-unsurnya. Secara kesatuan tradisi warisan budaya itu mempunyai fungsi yang sangat terkait terkait, yaitu merupakan satu sistem dimana berbagai unsur atau bagian didalamnya berfungsi antara yang satu dengan yang lainnya sangat berhubungan dan tidak bisa dipisahkan.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini ialah antropologi budaya. Antropologi Budaya adalah salah satu cabang dari ilmu antropologi yang menekankan pada pola kehidupan manusia.
Berdasarkan pada penelitian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji Barong Ider Bumi sebagai budaya masyarakat di Kemiren Glagah Banyuwangi.











BAB 3. METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian tidak akan luput dengan suatu metode. Sejak penelitian dan penulisan sejarah dilakukan secara ilmiah maka penelitian dan penulisan sejarah menggunakan metode sejarah. Metode sejarah dapat diartikan sebagai metode penelitian dan penulisan sejarah dengan menggunakan cara, prosedur atau teknik yang sistematik sesuai dengan asas-asas dan aturan ilmu sejarah (Daliman, 2012:27). Sedangkan menurut Gilbert J. Garragan, S.J (1957:33) mendefinisikan metode sejarah sebagai seperangkat asas dan aturan yang sistematik yang didesain guna membantu secara efektif untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis, dan menyajikan sintesis hasil-hasil yang dicapainya, yang pada umumnya berbentuk tertulis.
Metode sejarah merupakan proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman, dokumen-dokumen, dan peninggalan masa lampau yang otentik dan dapat dipercaya, serta membuat interpretasi dan sintesis atas fakta-fakta tersebut menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya (Gottschalk, 1983: 18;19;32).
Nugroho Notosusanto (1964: 22-23) mengklasifikasikan prosedur sejarah menjadi empat kelompok kegiatan, yakni: 1) Heuristik, 2) Kritik, 3) Interpretasi, 4) Historiografi.

3.1 Heuristik
Heuristik berasal dari kata “heuriskein” dalam bahasa Yunani yang berarti mencari atau menemukan. Dalam bahasa latin heuristik dinamakan sebagai ars inveniendi (Daliman, 2012:52). Usaha merekonstruksi masa lampau tidak mungkin dilakukan tanpa tersedianya sumber-sumber atau bukti-bukti sejarah. Tanpa sumber tidak mungkin dapat melacak sejarah. Adapun klasifikasi sumber-sumber sejarah, yakni: 1) sumber benda, 2) sumber tertulis, 3) sumber lisan (Notosusanto, 1971:17-18).
Kegiatan penelitian untuk menemukan sumber bahan penulisan sejarah, yaitu: dari sumber internet. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah:
a)    Observasi
Observasi ialah teknik pengumpulan data dengan mengamati secara terus-menerus lingkungan beserta objek yang akan kita teliti dengan cermat. Peneliti terjun langsung ke lapangan melakukan observasi terhadap Tradisi Barong ider Bumi.
b)   Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis berupa arsip dan dokumen, dan pendapat-pendapat yang relevan dengan penelitian. Peneliti mengambil dokumen berupa internet.

3.2 Kritik Sumber
Setelah mengumpulkan sumber-sumber sejarah, maka langkah selanjutnya yang harus dilaksanakan peneliti ialah mengadakan kritik sumber. Kritik sumber perlu dilakukan sebab sifat-sifat sumber data-data sejarah berbeda dengan sumber data ilmu sosial lainnya (Daliman, 2012:65).

3.3 Interpretasi
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan peneliti ialah interpretasi, interpretasi sendiri ialah upaya penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka rekonstruksi realitas masa lampau (Daliman, 2012:83). Tanpa penafsiran, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan keterangan darimana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang (Kuntowijoyo, 2013:78).

3.4 Historiografi
Langkah berikutnya ialah historiografi atau penulisan sejarah. Penulisan sejarah tidak semudah dalam penulisan ilmiah lainnya, tidak cukup dengan menghadirkan informasi dan argumentasi. Penulisan sejarah, walaupun terikat pula oleh aturan-aturan logika dan bukti empirik, tidak boleh dilupakan bahwa ia adalah karya sastra yang menuntut kejelasan struktur dan gaya bahasa, aksentuasi serta nada retorika tertentu. Apabila sejarawan mampu menampilkan kejelasan, keteguhan dan kekuatan, serta kerapian dalam ekspresi penulisan maka akan mampu menjadi dambaan setiap sejarawan, yakni memadukan kesejarawanan dan kesasteraan, antara keahlian dan ekspresi bahasa (Daliman, 2012:99).
Penyajian yang dilakukan peneliti didalam laporan penelitian ini terdiri dari tiga bagian: 1) Bab 1 Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, penegasan judul, ruang lingkup, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. 2) Bab 2 Tinjauan Pustaka yang mengulas tentang teori dan sekilas tentang Tradisi Barong Ider Bumi.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar