TRADISI
BARONG IDER BUMI DESA KEMIREN BANYUWANGI
LAPORAN PENELITIAN
Tugas
ini untuk menyelesaikan Tugas Ujian Akhir Semester
Mata
Kuliah Sejarah Lokal
Semester
Dua
Oleh
Meinda Ratih Siwi Hapsari
NIM 130210302055
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Permasalahan
Kebudayaan
merupakan segala ciptaan manusia yang sesungguhnya hanyalah hasil usahanya untuk
mengubah dan memberi
bentuk serta susunan baru kepada pemberian Tuhan sesuai dengan kebutuhan
jasmani dan rokhaninya. Maka pada hakekatnya kebudayaan itu mempunyai dua segi,
bagian yang tak dapat dilepaskan hubungannya satu sama lain, yaitu Segi Kebendaan
yang meliputi segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya. Hasil – hasil ini dapat diraba. Serta Segi Kerokhanian
yang terdiri atas alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun teratur.
Keduanya tak dapat diraba, hanya penjelmaannya saja dapat difahami dari
keagamaan, kesenian, kemasyarakatan dan sebagainya.
Jika ada
kebudayaan tentunya ada manusia sebagai pendukung dari kebudayaan tersebut.
Maka masyarakat sebagai pendukung sekaligus pemilik kebudayaan tersebut dapat
menjadikan budaya dari daerahnya sebagai ciri khas dari tempat tersebut. Dengan
dijadikannya kebudayaan
sebagai identitas dari
suatu daerah tertentu, maka khalayak umum akan mengenal itu sebagai corak budaya
setempat. Apapun budaya yang dimiliki oleh suatu daerah karena itu merupakan
suatu ciptaan manusia setempat yang sudah sepatutnya dijadikan daya tarik
tersendiri.
Di
kawasan Desa Kemiren
Banyuwangi terdapat sebuah kebudayaan asli masyarakat setempat yang unik, yaitu
Barong Ider Bumi. Barong Ider Bumi ini
merupakan ritual upacara bersih desa di hari ke –
2 setelah lebaran yang dilakukan oleh masyarakat suku osing di desa Kemiren. Dilihat dari asal usul terciptanya atau
terbentuknya tradisi Barong Ider Bumi ini, makna yang terkandung dalam
kebudayaanya bisa di apresiasi oleh para penikmat budaya
Bedasarkan
latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai Tradisi Barong Ider Bumi ini,
yang dirumuskan dengan kalimat judul yaitu “
Tradisi Barong Ider Bumi Desa Kemiren Banyuwangi”.
1.2 Penegasan Pengertian Judul
Penegasan judul
dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya persepsi yang berbeda
dalam memahami judul penelitian ini, oleh karena itu peneliti perlu menegaskan
pengertian judul Tradisi
Barong Ider Bumi Desa Kemiren Banyuwangi.
Barong Ider
Bumi merupakan ritual upacara bersih desa di hari ke –
2 setelah lebaran yang dilakukan oleh masyarakat suku osing di desa tersebut.
Acara ini merupakan agenda tahunan yang rutin di gelar dengan swadaya
masyarakat. Ritual
Barong Ider Bumi tersebut, barong wajib diarak keliling desa dengan diiringi
nyanyian macapat (tembang Jawa) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan.
1.3
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup
penelitian ini dimaksudkan untuk menghindari penyimpangan uraian dari
permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti. Oleh karena itu peneliti memberi
batasan pembahasan yang akan penulis sajikan, yaitu meliputi lingkup temporal, spasial, dan materi.
Lingkup temporal
dalam materi ini ialah dari tahun 1940 hingga sekarang. Tahun 1940 dijadikan sebagai awal lakukannya tradisi Barong Ider Bumi ini .
Sedangkan tahun 2014 dijadikan batasan akhir dengan merujuk pada pertimbangan
bahwasanya penelitian yang akan dilakukan peneliti dilaksanakan pada tahun
2014.
Sedangkan
lingkup spasial atau tempat yang dikaji dalam penelitian ini ialah di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.
Pengambilan lingkup spasial ini di
latar
belakangi karena Desa Kemiren
ini merupakan tempat berkembangnya Tradisi Barong Ider Bumi yang di rintis
oleh salah seorang tetua adat Desa Kemiren yang
bernama Mbah Buyut.
Ruang lingkup
materi dalam penelitian ini menitikberatkan pada asal usul terciptanyaTradisi Barong Ider Bumi,
Pencetus awal Tradisi Barong
Ider Bumi di Desa Kemiren, Banyuwangi, Makna simbolik dari Tradisi Barong Ider
Bumi, dan Keuntungan – keuntungan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dari
adanya Tradisi Barong Ider Bumi ini.
1.4
Rumusan Masalah
Bedasarkan latar
belakang dan ruang lingkup seperti yang tersaji diatas, maka yang akan dikaji
di dalam laporan
ini, diantaranya sebagai berikut:
1.
Apakah
pengertian dari Barong Ider Bumi?
2.
Bagaimanakah asal mula di gelarnya Tradisi Barong Ider Bumi?
3.
Bagaimana
pelaksanaan Tradisi Barong Ider Bumi?
4.
Apa
keistimewaan dari Tradisi Barong Ider Bumi?
1.5
Tujuan Penelitian
Bedasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penulisan
laporan
ini ialah:
1.
Mengetahui pengertian dari Tradisi Barong Ider Bumi.
2.
Mengetahui asal mula di gelarnya Tradisi Barong Ider Bumi.
3.
Mengerti
pelaksanaan Tradisi barong Ider Bumi.
4.
Mengetahui keistimewaan dari Tradisi Barong Ider Bumi.
1.6
Manfaat Penelitian
Laporan ini diharapkan dapat berguna dan memberi
manfaat sebagai berikut:
1.
Bagi penulis, memberi
pengalaman serta mengasah kemampuan dalam menulis karya tulis ilmiah.
2.
Bagi mahasiswa, dapat
dijadikan bahan penambah pengetahuan mengenai Tradisi Barong Ider Bumi yang ada di Desa Kemiren,
Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi sebagai salah
satu contoh pengkajian Sejarah Lokal.
3.
Bagi pembaca, dapat dijadikan salah satu destinasi budaya yang
bisa berfungsi sebagai hiburan rakyat.
4.
Bagi pemerintah
Kabupaten Banyuwangi,
dapat dijadikan salah satu Tradisi yang bisa mengangkat Tradisi Barong Ider
Bumi ini di lingkup Nasional ataupun Internasional.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab 2 berisi tinjauan
pustaka yang berisi teori dan sekilas tentang Tradisi Barong Ider Bumi Desa
Kemiren Banyuwangi
2.1 Tradisi
Tradisi atau kebiasaan,
dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan
untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang
paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari
generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini
tradisi
Secara turun temurun masyarakat
itu berlangsung terus oleh karena senantiasa timbulnya anggota – anggota baru
yang dilahirkan di dalam masyarakat itu, kemudian dilatih, diajar dan dididik untuk
menjadi anggota masyarakat itu juga dan sebagai penerus bangsa. Seperti
peribahasa patah tumbuh, hilang berganti, dan selama pergantian itu masih
berlangsung, selama masyarakat masih tetap ada sebagai pendukungnya, selama itu
pula tradisi pun terus berlangsung. Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu
dimasa sekarang ketimbang sekedar menunjukkan fakta bahwa masa kini berasal
dari masa lalu.
Menurut Hasan Hanafi (dalam
buku Moh Nur Hakim, 2003:29) mendefinisikan bahwa tradisi adalah segala warisan
masa lampau yang saat pada kita dan masuk ke dalam kebudayaan yang skarang
terjadi. Berarti lagi bahwa pandangan Hanafi bahwa turats itu tidak hanya
peninggalan sejarah, tetapi juga sekaligus merupakan persoalan zaman sekarang
dengan berbagai tingkatannya.
Jadi perubahan yang terjadi
dalam suatu masyarakat juga akan menimbulkan kebudayaan berubah. Pada desa
Kemiren, Glagah, Banyuwangi yang secara geografis terletak di daerah Banyuwangi
bagian Timur yang identik dengan suku Using.
2.2 Kecamatan Glagah
Kecamatan
Glagah terdiri dari :
Daftar
Desa di Kecamatan Glagah
|
|||||||
No.
|
Desa
|
Kode
pos
|
Kecamatan
|
Kabupaten
|
Provinsi
|
||
1
|
Desa Glagah
|
68454
|
Glagah
|
Banyuwangi
|
Jawa Timur
|
||
2
|
Desa Kampung
Anyar
|
68454
|
Glagah
|
Banyuwangi
|
Jawa Timur
|
||
3
|
Desa Kemiren
|
68454
|
Glagah
|
Banyuwangi
|
Jawa Timur
|
||
4
|
Desa Kenjo
|
68454
|
Glagah
|
Banyuwangi
|
Jawa Timur
|
||
5
|
Desa Olehsari
|
68454
|
Glagah
|
Banyuwangi
|
Jawa Timur
|
||
6
|
Desa Paspan
|
68454
|
Glagah
|
Banyuwangi
|
Jawa Timur
|
||
7
|
Desa Rejosari
|
68454
|
Glagah
|
Banyuwangi
|
Jawa Timur
|
||
8
|
Desa Tamansuruh
|
68454
|
Glagah
|
Banyuwangi
|
Jawa Timur
|
||
Total desa di Kecamatan Glagah= 8
|
|||||||
No.
|
Kelurahan
|
Kecamatan
|
Kabupaten
|
Provinsi
|
1
|
Kelurahan
Bakungan
|
Glagah
|
Banyuwangi
|
Jawa Timur
|
2
|
Kelurahan
Banjarsari
|
Glagah
|
Banyuwangi
|
Jawa Timur
|
Desa
Kemiren adalah salah satu dari 8 Desa dan 2 Kelurahan yang terdapat di
Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Desa kemiren terletak di daerah Jawa
Timur, tepatnya di Kabupaten Bnayuwangi, Kecamatan Glagah. Secara
geografis,daerah ini merupakan daerah dataran rendah, dengan luas desa 177.052
Ha, suhu rata-rata antara 22-26 C. Desa Kemiren dibatasi dengan sebelah utara
desa Jambesari, sebelah selatan desa Olehsari, sebelah barat desa Tamansuruh
dan sebelah timur kelurahan Banjarsari
2.3 Tradisi Barong Ider Bumi
Tradisi barong ider bumi digelar setiap
tahun sekali pada hari kedua bulan syawal dan sudah dilakukan turun temurun
oleh warga desa Kemiren.
Di Banyuwangi,
Jawa Timur,ada Ritual Upacara adat yang bernama barong Ider Bumi, yang
dilangsungkan di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
Barong Ider Bumi merupakan ritual upacara bersih desa di hari ke – 2 setelah
lebaran yang dilakukan oleh masyarakat suku osing di desa tersebut. Acara ini
merupakan agenda tahunan yang rutin di gelar dengan swadaya masyarakat.
Dalam ritual Barong
Ider Bumi tersebut, barong wajib diarak keliling desa dengan diiringi nyanyian
macapat (tembang Jawa) yang berisi doa dan pemujaan terhadap Tuhan. Kata ider
bumi merupakan penggabungan dari dua kata yaitu ider dan bumi. Ider berarti
berkeliling kemana-mana, dan bumi artinya jagat atau tempat berpijak. Dari arti
kedua kata tersebut dapat dimengerti bahwa Ider Bumi dimaksudkan adalah
kegiatan mengeliling tempat berpijak atau bumi. Jadi, sesuai dengan namanya,
inti dari ritual Barong Ider Bumi adalah mengarak barong memutari desa.
Sebelum Barong diarak keliling desa, para sesepuh
memainkan angklung di balai desa untuk memulai ritual. Setelah itu, orang-orang
mulai berbaris mengarak barong, sambil menabur beras kuning bercampur uang
receh di sepanjang perjalanan.
Barong diarak dari pintu masuk desa sampai pintu keluar
desa sepanjang kurang lebih 3 kilometer, dan kemudian arak-arakan pun berakhir.
Ibu-ibu menyiapkan tumpeng dan pecel pitik (pecel ayam) untuk selamatan yang
digelar di sepanjang jalan desa.
Petunjuk
itu didapatkan dari Buyut Cili, yang makamnya sampai saat ini masih dijaga dan
dirawat warga. Petunjuk itupun dilakukan dan pagebluk menghilang dari Desa
Kemiren. Sebab itu, tradisi Barong Ider Bumi dilestarikan oleh masyarakat
Kemiren."Hingga kini Barong Ider Bumi tetap kami lestarikan. Selain
sebagai tolak bala juga menjalin kebersamaan antar warga. Terlebih di hari raya
Idul Fitri," pungkasnya. (SOJ)
Asal mula
digelarnya Tradisi Barong Ider Bumi ini bermula dari dari wabah penyakit yang melanda kawasan Desa Kemiren
dimasa lampau. Wabah penyakit yang disebut pagebluk itu semacam penyakit
misterius yang mematikan. Dan merenggut banyak korban jiwa. Celakanya, tidak
ada obat yang mampu menahannya. Kejadian itu terjadi pada tahun 1840-an. Selain
menyerang manusia, pagebluk juga menyerang tanaman pertanian. Sehingga gagal
panen pun terjadi di Desa Kemiren. Hingga akhirnya, seorang sesepuh desa
mendapatkan wangsit agar mengarak barong keliling desa.
Keistimewaan dari Tradisi Barong Ider
Bumi, Sesuai dengan namanya, yakni Barong Ider Bumi, inti dari ritual ini
adalah mengarak barong memutari desa. Sebelum arak-arakan dimulai, biasanya
akan diawali dengan pertunjukan tari-tarian di halaman balai desa. Setelah itu,
diiringi dengan permainan angklung para sesepuh desa, rombongan arak-arakan pun
mulai berjalan mengitari kampung. Baris depan arak-arakan tentu saja orang yang
menggunakan topeng barong. Lalu disusul dengan dua orang nenek membawa kendi
dan lima orang nenek yang menggendong guci yang disebut lukiran. Tiap-tiap
lukiran berisikan uang logam pecahan Rp100 berjumlah Rp99.900. Kemudian ada
rombongan lelaki dewasa yang menghambur-hamburkan beras berwarna kuning “sembur
uthik-uthik”, bunga sembilan warna, dan uang logam yang diambil dari lukiran.
Anak-anak pun berebutan memungut koin.
Jalannya prosesi Barong Ider Bumi
penuh dengan simbol-simbol dan makna. Uang receh yang jatuh berdenting
dipercayai bisa mengusir lelembut yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan
jumlah pelengkap upacara (uang dan kembang) yang ganjil dikaitkan dengan
kepercayaan dalam agama Islam yang dalam salah satu hadist nabi menyebutkan
bahwa Allah menyukai jumlah yang ganjil. Selain itu, penetapan tanggal 2 Syawal
pukul 14.00 WIB sebagai waktu dilaksanakannya ritual melambangkan ciptaan Tuhan
yang selalu berpasangan. Misalnya Tuhan menciptakan pria dan wanita, siang dan
malam, baik dan buruk. Jika ketetapan-ketetapan itu dilanggar, biasanya sesuatu
yang buruk bakal terjadi.
Start arak-arakan ini dimulai dari
batas desa sebelah timur dengan rute melewati jalan desa hingga batas desa
sebelah barat, kemudian kembali lagi ke timur. Pada masing-masing batas desa
didirikan anjang-anjang yang tinggi dan ditempati oleh para penabuh gamelan.
Barong yang diarak terdiri dari empat jenis barong. Keempat jenis barong
tersebut adalah barong tua, barong remaja, barong anak-anak, dan barongsai.
Diikutkannya barongsai dalam acara tersebut karena Desa Kemiren tidak hanya
didiami oleh masyarakat Using, melainkan juga etnik Tionghoa.
Setelah barong selesai diarak, semua
warga akan berkumpul di sepanjang jalan desa. Yang pria menata tikar dan
lembar-lembar daun pisang, sedangkan para wanita menyiapkan tumpeng, pecel
pitik, dan kue-kue tradisional. jika semua sudah tertata, Kyai akan memimpin
doa guna memohon kesehatan, kesejahteraan, dan kesuburan bagi Desa Kemiren.
Kemudian, nasi tumpeng beserta pecel pitik tersebut dibagikan kepada seluruh
warga dan tamu-tamu yang berdatangan. Semua warga baik tua, muda, laki-laki
maupun perempuan akan makan bersama di tempat tersebut.
2.4 Teori dan Pendekatan
Penelitian
ini menggunakan teori fungsionalisme. Warisan budaya akan bertahan lama jika
dilestarikan karena terdapat fungsi yang dikandung oleh unsur-unsurnya. Secara
kesatuan tradisi warisan budaya itu mempunyai fungsi yang sangat terkait
terkait, yaitu merupakan satu sistem dimana berbagai unsur atau bagian
didalamnya berfungsi antara yang satu dengan yang lainnya sangat berhubungan
dan tidak bisa dipisahkan.
Pendekatan
yang dipakai dalam penelitian ini ialah antropologi budaya. Antropologi Budaya adalah salah
satu cabang dari ilmu antropologi yang menekankan pada pola kehidupan manusia.
Berdasarkan pada penelitian
diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji Barong Ider Bumi sebagai budaya
masyarakat di Kemiren Glagah Banyuwangi.
BAB
3. METODE PENELITIAN
Dalam suatu
penelitian tidak akan luput dengan suatu metode. Sejak penelitian dan penulisan
sejarah dilakukan secara ilmiah maka penelitian dan penulisan sejarah
menggunakan metode sejarah. Metode sejarah dapat diartikan sebagai metode
penelitian dan penulisan sejarah dengan menggunakan cara, prosedur atau teknik
yang sistematik sesuai dengan asas-asas dan aturan ilmu sejarah (Daliman,
2012:27). Sedangkan menurut Gilbert J. Garragan, S.J (1957:33) mendefinisikan
metode sejarah sebagai seperangkat asas dan aturan yang sistematik yang
didesain guna membantu secara efektif untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah,
menilainya secara kritis, dan menyajikan sintesis hasil-hasil yang dicapainya,
yang pada umumnya berbentuk tertulis.
Metode sejarah
merupakan proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman,
dokumen-dokumen, dan peninggalan masa lampau yang otentik dan dapat dipercaya, serta
membuat interpretasi dan sintesis atas fakta-fakta tersebut menjadi kisah
sejarah yang dapat dipercaya (Gottschalk, 1983: 18;19;32).
Nugroho
Notosusanto (1964: 22-23) mengklasifikasikan prosedur sejarah menjadi empat
kelompok kegiatan, yakni: 1) Heuristik, 2) Kritik, 3) Interpretasi, 4)
Historiografi.
3.1
Heuristik
Heuristik
berasal dari kata “heuriskein” dalam
bahasa Yunani yang berarti mencari atau menemukan. Dalam bahasa latin heuristik
dinamakan sebagai ars inveniendi (Daliman, 2012:52). Usaha merekonstruksi masa
lampau tidak mungkin dilakukan tanpa tersedianya sumber-sumber atau bukti-bukti
sejarah. Tanpa sumber tidak mungkin dapat melacak sejarah. Adapun klasifikasi
sumber-sumber sejarah, yakni: 1) sumber benda, 2) sumber tertulis, 3) sumber lisan
(Notosusanto, 1971:17-18).
Kegiatan
penelitian untuk menemukan sumber bahan penulisan sejarah, yaitu: dari sumber internet. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah:
a) Observasi
Observasi
ialah teknik pengumpulan data dengan mengamati secara terus-menerus
lingkungan beserta objek yang akan kita teliti dengan cermat. Peneliti terjun
langsung ke lapangan melakukan observasi terhadap Tradisi Barong ider Bumi.
b) Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara
mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis berupa arsip dan dokumen, dan
pendapat-pendapat yang relevan dengan penelitian. Peneliti mengambil dokumen
berupa internet.
3.2
Kritik Sumber
Setelah
mengumpulkan sumber-sumber sejarah, maka langkah selanjutnya yang harus
dilaksanakan peneliti ialah mengadakan kritik sumber. Kritik sumber perlu
dilakukan sebab sifat-sifat sumber data-data sejarah berbeda dengan sumber data
ilmu sosial lainnya (Daliman, 2012:65).
3.3
Interpretasi
Langkah
selanjutnya yang harus dilakukan peneliti ialah interpretasi, interpretasi
sendiri ialah upaya penafsiran atas fakta-fakta sejarah dalam kerangka
rekonstruksi realitas masa lampau (Daliman, 2012:83). Tanpa penafsiran, data
tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan
keterangan darimana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali dan
menafsirkan ulang (Kuntowijoyo, 2013:78).
3.4
Historiografi
Langkah
berikutnya ialah historiografi atau penulisan sejarah. Penulisan sejarah tidak
semudah dalam penulisan ilmiah lainnya, tidak cukup dengan menghadirkan
informasi dan argumentasi. Penulisan sejarah, walaupun terikat pula oleh
aturan-aturan logika dan bukti empirik, tidak boleh dilupakan bahwa ia adalah
karya sastra yang menuntut kejelasan struktur dan gaya bahasa, aksentuasi serta
nada retorika tertentu. Apabila sejarawan mampu menampilkan kejelasan,
keteguhan dan kekuatan, serta kerapian dalam ekspresi penulisan maka akan mampu
menjadi dambaan setiap sejarawan, yakni memadukan kesejarawanan dan
kesasteraan, antara keahlian dan ekspresi bahasa (Daliman, 2012:99).
Penyajian yang
dilakukan peneliti didalam laporan
penelitian ini terdiri dari tiga bagian: 1) Bab 1
Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, penegasan judul, ruang lingkup,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. 2) Bab 2 Tinjauan Pustaka yang
mengulas tentang teori dan sekilas
tentang Tradisi Barong Ider Bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar